Langsung ke konten utama

Mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia di Samarinda

Panitia persiapan penyambutan kemerdekaan Repulik Indonesia di Samarinda

1. Gerakan Soewadji Prawirohardjo

Haji Ali Badroen Arif , Haji Anwar Barack, Oemar Dachlan dan beberapa lagi kawan seperjuangan yang lainnya ,adalah orang-orang yang pertama menemui Dr. Soewadji meminta pendapat untuk menentukan daerah dalam menyambut Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
Diberbagai pemberitaan media pada saat itu  bahwa Belanda akan kembali ke daerah bekas Jajahan, yang dinamakannya HINDIA  BELANDA,  karena Belanda termasuk dalam negara persekutuan front Australian/American-British-Chinese-Duth indies ,adalah nama negara blok yang di bentuk  setelah Jepang memulai serangannya di perang dunia ke 2 ,dan yang menang perang terhadap poros Nazi Germany dan fasis Italia dan Jepang.

Sehubungan dengan pemberitahuan itulah para tokoh tersebut diatas menyatakan tekad ,bahwa akan menentang maksut Belanda itu, dan segera mengesahkan pembentukan panitia dan segera menentukan sikap.

Dalam situasi darurat maka pada tanggal 24 Agustus 1945 dilaksankan rapat sebagai kelanjutan dari pertemuan  tersebut, sebahagian anggota rapat yang hadir yang diprakarsai oleh Dr. Soewadji dan Intjek Abdurahman  menghendaki agar  apabila kedatangan Belanda  kembali ke daerah Kalimantan timur pada umumnya dan kota  Samarinda pada khususnya harus dihadapi dengan perlawanan dan sesuai dengan kemampuan ,kesangupan serta dari segi persenjatan.

Pada akhirnya timbulah suatu tekad yang bulat untuk menghadapi persolan yang serius itu dengan Jalan "Perundingan" namun perundingan itu bukan dengan pihak Belanda melainkan dengan Australia, karena Australia ditugaskan oleh Sekutu bertugas di Kawasan Asia Tenggara dan  yang pada perkiraan  dapat dianggap sebagai pihak yang Netral atau penengah.

Pada tanggal 10 Septermber 1945 pemimpin gerakan Dr. Soewadji Prawirohardjo mengunjungi sultan Adji Mohammad Parikesit di Tengarong, tujuan utamanya adalah ingin mengetahui pendapat atau pendirian Sultan mengenai titik persoalan yang ditentukan oleh rapat di Samarinda  antara lain memaklumkan bahwa akan ada pelaksanaan kegiatan menaikan Bendera Merah Putih  sesuai dengan berita-berita yang diterima melalui via Radio  dan segera untuk menyesuaikan dengan keadaan.
Karena Sultan Adji Mohammad Parikesit  dalam hal ini beliau dalam keadaan bimbang, maka rencana melakukan kegiatan tersebut menjadi gagal dan Dr. Soewadji kembali balik ke Samarinda.

Gambar Rumah Sakit Samarinda


Sementara itu di Samarinda dalam pelaksanaan rapat yang sangat menguras tenaga dan pikiran telah menghasilkan keputusan  akan ada kegiatan yaitu menaikan Bendera merah putih, dan hal itu benar  terlaksana dengan menaikan dan mengibarkan Bendera Merah Putih di Halaman Rumah Sakit Umum Selili Samarinda dan kemudian menyusul dirumah-rumah penduduk di kota Samarinda.
Dan dengan sendirinya lahirlah gerakan anti NICA Belanda yang berpusat di Rumah sakit Umum Selili yang  dipimpin oleh Dr. Soewadji prawirohardjo bersama Abdoel Madjid ,Imansjah dan dibantu oleh seluruh pegawai Rumah sakit.

Penaikan Bendera Merah putih di Samarinda diiringi oleh kegiatan-kegiatan gerakan menjadi alasan bagi NICA BELANDA untuk memulai menunjukan kekuasaannya.
Suatu ketika seorang perwira bernama Kapitein BINKHUIZEN datang ke Rumah sakit Selili memerintahkan agar bendera Indonesia yang berkibar di angkasa segera diturunkan, tapi tak seorang pun yang sudi menerima suruhan itu., Tidak itu saja teror yang dilakukan oleh Nica Belanda' mereka juga melakukan penangkapan terhadap aktor pengerak masa yang aktif pada saat itu.

Untuk memperkuat lagi pemerintah Belanda melakukan pelarangan terhadap siapa saja yang melakukan kegiatan organisasi, walau organisasi yang legal pun dilarang  juga.

Sikap keras yang dilakukan oleh Belanda itu tidak dihiraukan oleh kalangan pemuda yang Revolusioner sesuai dengan sifat semangat kepemudaan ,mereka yang tergabung  dalam berbagai organisasi pada masa itu ,antara lain seperti gerakan kepanduan K I M (Kepandoean Indonesia Merdeka).
Dengan berselubung Kepanduan (Sekarang di sebut Pramuka) gerakan pemuda di Samarinda ini bertujuan meneruskan tekad yang semula  , bergerak secara diam-diam  demi mempertahankan Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang sudah di kumandangkan oleh Soekarno dan M. Hatta di ibukota Jakarta.

RP. Siswodjo ketua KIM (KEPANDOEAN INDONESIA MERDEKA) di Samarinda

HM. Asnawi Arbain sekertaris KIM di Samarinda

Kadrie Oening Pelopor Aktifis KIM


Gerakan kepanduaan ini merasa sudah tiba saatnya untuk melepas selubungnya kemudian melebur menjadi BPRI (Barisan pemberontak rakjat Indonesia) di Kota Samarinda.

Adanya gerakan ini akhirnya diketahui oleh pihak Belanda dan pada 17 Oktober 1945 beberapa orang aktifis ditangkap diantaranya adalah Abdoel Madjid ,BP. Hasiboean dan Simatoepang, dll. mereka di tahan dan ditempatkan di L.O.C sebuah rumah tahanan yang tersedia (Sekarang  SMP N  2  di Jln. Ahmad Dachlan). disitulah mereka mendapat siksaan yang melampaui batas nilai kemanusiaan.

Pada bulan Deseber 1945   para pejuang  yang ada tahanan di Samarinda di pindahkan ke Kam Konsentrasi di Balikpapan.
Didalam tahanan Kamp itu mereka bertemu dengan kawan seperjuangan di Balikpapan bernama Soekardani,, selama berada di tahanan mereka dibawah pemeriksaan Auditeur Militair Belanda

Pada saat sebelumnya Dr. Soewadji Prawirohadjo yang bekerja Rumah sakit umum di Samarinda dan juga pemimpin gerakan tidak ditangkap ,tetapi selalu diawasi gerak-geriknya dan akhirnya mendapat hukuman Jabatan yaitu diasingkan ke Morotai, kemudian di tempatkan ke PALOPO .

Setelah ditinggalkan Dr. Soewadji Prawirohardjo ,pada awalnya para aktivis-aktivis yang melakukan perlawanan terhadap Belanda itu seakan-akan kehilangan arah ,bagai anak ayam yang kehilangan induknya akan tetapi mereka semua adalah pemuda Revolusioner tidak kehilangan arah dengan berinisiatif melakukan langkah-langkah untuk meneruskan perjuangan dan tekad dari keputusan bersama yang di cetuskan pada rapat gerakan tanggal 24 Agustus 1945.

Oleh sebab itu para pemuda mengadakan hubungan baik dengan Bangsa Filipina yang berdagang di Samarinda , untuk membeli senjata-senjata api dengan syarat pembayarannya adalah sistem Barter yaitu tukar barang atau Emas.

Atas inisiatif  dari Badan Keuangan Gerakan  yang di kepalai oleh M.  Joesoef Barak bersama Anwar Barak dapatlah membuka  sebuah Stand di "PASAR MALAM   AL-FADJAR"  yang diberi nama Stand "MELATI".
Tujuan membuka Stand ini adalah sebagai tempat markas spionase ,yang dipimpin oleh Ibramsyah Djapri dan Sabrie.

Dalam upaya mencari dana keuangan  untuk perjuanagan pada bulan september 1946 diusahakan mengadakan pertunjukan Sandiwara amal selama 2 malam di Bioskop "GLORY  THEATER".

Gambar Bioskop Glory Samarinda  
(Sekarang Hotel Ibis)

      Dalam acara ini  Anggota KEPANDOEN  INDONESIA MERDEKA yaitu  Kadrie Oening sebagai pemain sandiwara  dan juga kawan-kawannya melakonkan cerita "ABOE  SAMAH" ,Acara sandiwara ini cukup ramai ditonton atau disaksikan warga Samarinda, dan setelah acara sandiwara ini berakhir Kadrie Oening ditangkap oleh NICA BELANDA kemudian dibawa untuk diinterogasi beberapa saat ,kemudian dibebaskan.

2. B P R I  (BARISAN PEMBERONTAK  RAKJAT  INDONESIA)

Lahirnya gerakan Dr. Soewadji Prawirohardjo di Samarindaa adalah atas semangat kempemudaan Revolusioner, dengan demikian gerakan ini memiliki pertahanan walau masih teselubung, untuk menyeimbangi gerakan tersebut oleh mereka dibentuklah sebuah badan yang memberikan jasa-jasa baik terhadap masyarakat dalam hal bidang keamanan .
Badan ini dibentuk dan diberi nama "PENDJAGA  KEAMANAN  RAKJAT" (P K R) dibawah pimpinan R.P  Joewono dan Bustani HN sebagai wakilnya.,Badan ini dibentuk pada 25 September 1945 dengan tujuan memberikan pengertian dan kesadaran kepada rakyat kecil akan arti PROKLAMASI dan REVOLUSI  serta menjelaskan kepada rakyat bahawasanya gerakan DR. Soewadji Praworohardjo itu adalah murni gerakan anti penjajah, karena tujuan NICA  Belanda kembali lagi ke Indonesia adalah untuk menjajah lagi.

Tentara NICA Belanda Melihat gelagat dan gerak-gerik para pemuda di Samarinda yang agak menyolok, maka keluarlah Maklumat dari NICA Belanda yaitu pelarangan dan ancaman terhadap berdirinya organisasi-organisasi, baik Legal maupun.
ilegal .
Mengenai Organisasi  PKR diminta agar ketuanya  yaitu  R.P  JOEWONO untuk datang menemui kepala polisi NICA Belanda yang bernama  VAN  DE  NESTE , dan akhirny R.P  JOEWONO disuruh membubarkan PKR.

Para pemuda di Samarinda merasa perlu untuk berembuk  dengan pimpinan Dr. Soewadji ,wakil ketua PKR  Bustani HN.
........,Kemudian bersama Ali Badroen Arief, Ibramsjah Djapri , Husein Barakah , M  Asnawi Arbain menemui Dr. Soewadji.
              Dalam hal ini Dr. Soewadji sebagai pimpinan gerakan mengambil kesimpulan ,menyerahkan tanggung jawab selanjutnya kepada para pemuda ,meskipun kalau perlu untuk mengangkat senjata untuk melawan NICA Belanda.

Sebagai  kelanjutan dari hal-hal tersebut diatas, diadakan rapat kilat PKR dirumah Saudara Djunaid Sanusie untuk melaksanakan langkah selanjutnya, dan rapat telah memutuskan untuk membentuk Badan Kepanduan yang terselubung dengan tekat secara diam-diam akan dipersenjatai ,adapun realisasi pembentukan badan kepanduam tersebut diadakan dirumah R.P  Siswodjo ,dan terpilih sebagai ,

Ketua         : R.P  Siswodjo
Sekertaris :  M. Asnawi Arbain

Sewaktu mengadakan rapat pengurus untuk menyusun program  tiba-tiba disaat itu datanglah Belanda menyergap dan melakukan pengeledahan. ,
Melihat prilaku Belanda yang sangat ganas maka pimpinan PKR kembali mengadakan sidang kilat rahasia bertempat di rumah M. Djunaid Sanusie.






BERSAMBUNG


Sumber cerita : Sejarah perjuangan  dan pergerakan Rakjat Kaltim








Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIWAYAT PEMBANGUNAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN SAMARINDA

Sebagai Monumen untuk mengenang para jasa para pahlawan dari perjuangan Fisik melawan kekuasaan penjajah . Dengan di proklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno dan Muhammad Hatta 17 agustus 1945, maka sepatut dan sewajarnya rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke serentak berjuang dan bangkit mempertahankan kemerdekaan itu, baik perjuangan melalui  politik, diplomasi maupun dengan berjuang dengan fisik dengan kekuatan senjata. TMP Ratna kencana di antara Jln . Yakob atau di Jalan Kesatriaan (Sekarang jln Mutiara) Samarinda tahun 1967 Dok : Djunaid Sanusi Usaha mempertahankan kemerdekaan ini terjadi pula di daerah Kalimantan Timur , disamping melalui perjuangan politik dengan berdirinya Ikatan Nasional Indonesia (INI) ,FONI di Balikpapan yang pada akhirnya INI menjadi PNI di Samarinda ,di seluruh wilayah Kaltim tumbuh gerakan dibawah Tanah (Ondergrondse actie). Dengan adanya beberapa kali terjadi kontak senjata dengan para penjajah ,tidak sedikit kor

WAHEL TANTAWY

Tokoh Pejuang di Kalimantan Timur yang terlupakan Wahel Tantawy lahir di Banjarmasin pada tahun 1915 dari rahim ibunya yang bernama BINTANG  TALIYU dan Ayahnya Bernama  MAT  SALEH Pada tahun 1928 Wahel Tantawy masih bersekolah di Holland Inlandsche School  (H.I.S) Banjarmasin, dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa pada dirinya yang dikuatkan dengan Lahirnya  "SUMPAH PEMUDA" pada tahun 1928. Sebelum tugas misi Militer Rahasia di Kalimantan Timur yang dilaksanakan oleh Wahel tahun 1947,  Pada tahun 1929 ' di Saat masih belia, berusia belasan tahun ,di masa penjajahan Belanda  Wahel Tantawy  sudah pernah berada di Samarinda dibawa oleh keluarganya. Dimasa mudanya tahun 1929-1940 Wahel  Tantawy aktif diberbagai Organisasi gerakan kepemudaan di Samarinda Seperti  : 1. KEPANDOEAN BANGSA INDONESIA (K.B.I)  2. PEMOEDA PANVINDERS ORGANISATIE (P.P.O Samarinda ) 3. PERSATUAN PEMOEDA INDONESIA (PERPI)  dll. Tahun 1932 Atas petunjuk kawan yang bernama HORAS SIREGAR yang

Ulama Samarinda Tempo doeloe ( KH. USMAN IBRAHIM )

Ulama kelahiran Kandangan ( Kalimantan selatan ) pada 12 April 1918 ini, sempat 10 tahun lamanya bermukim di tanah suci Mekah untuk menimba ilmu agama. Pada usia 10 tahun  Saat belajar di Madrasah As Syafi’iyah Kandangan, beliau sudah memperlihatkan bakatnya dalam membaca Al Quran. Atas dasar bakat itulah maka orang tuanya mengirim Usman Ibrahim ke Mekah untuk mempelajari lebih dalam tentang ilmu Al quran. Dalam usia yang tergolong sangat muda, ulama yang akrab dipanggil tuan guru ini, sudah menguasai ilmu Tajwid Al Quran. Bahkan beliau disegani  para ulama karena ketika itu orang yang hapal bacaan Al Quran terbilang sangat langka. Almarhum merupakan salah seorang ulama yang hafal dan fasih membaca Al Quran di Samarinda setelah almarhum KH. Abdur Rasyid. Pada tahun 1942, bersama orang tuanya Hijrah ke Samarinda, Di Samarinda  beliau menikah dengan Siti Aisyah yang kemudian dikaruniai 3 orang putra dan 5 orang putri. Sambutan masyarakat dari berbagai kalangan pun tern