Langsung ke konten utama

PERISTIWA TELUK LERONG SAMARINDA 1947

PERANG GERILYA DI SAMARINDA

Pada suatu malam di  tanggal 25 Januari 1947 , para pejuang  Perebut kemerdekaan di Samarinda bergerak dalam jumlah yang cukup besar menuju  arah kampung Teluk Lerong untuk mendatangi salah satu rumah di Gunung Habang yang diduga akan melakukan sebuah pesta.

Pasukan gerilya berjumlah kira-kira 30 orang telah sampai ke Lokasi,, kawan-kawan pejuang mereka sambil merayap di jalan mereka sangat berhati-hati dan waspada dalam melakukan penyerangan ini .

     Di antaranya  pejuang tersebut terdapat nama-nama seperti Thahir Timor, Sandiau, Edjek, Herman Roentoerambi, Bantjet, Darham, Madi kawis, Djohan, Basri, Sarigadin, Sehan, dan lain-lain.




           Ini gambar Rumah eks Peristiwa Teluk Lerong (Gambar tahun 1977)


        Sebagaimana biasa EDJEK ( ex Mantan anggota M.P di Balikpapan ) memegang senjata Thomson, sedangkan Sandiau,  Herman Roentoerambi,  Sulaiman,   Amat Koeyang,  Madi kawis dan Asikin masing-masing memegang  Sten Gun selebihnya memegang pistol  Gerrand,  Jungle, Karaben Jepang serta senjata tajam.

       Sebagai penyelidik pada penyerangan kali ini adalah saudara  Sandiau, Asikin dan Ali Loho  yang sudah berada kira-kira 50 meter di depan pasukan, Lalu sampailah  dekat lokasi  tepat di depan Pasengrahan di simpang tiga jalan Cermai ( Sekarang  di Samping Kantor Satpol PP ) . 
Mereka  mengawasi,mengintai dan sambil melihat/mengintip di dalam bangunan itu melalui lewat jendela kaca ,Dan ternyata memang benar banyak sekali orang-orang Belanda yang sedang berkumpul dengan mengadakan sebuah acara pesta Dansa.


Sandiaw

       Asikin kembali ke pasukan yang berada di simpangan jalan Teluk Lerong, pasukan supaya jangan melakukan sesuatu sebelum di isyaratkan dengan ledakan Granat oleh Sandiau.  
   Setelah lama menunggu-nunggu kembalinya ASIKIN , tiba-tiba terdengar rentetan letusan senjata api jenis Owen dari arah pasukan. ,Tampak olehnya melalui jendela seorang wanita Belanda membawa baki berisi minuman. 
Oleh SANDIAW kemudian diberitahukan supaya ALI menembaknya dengan senapan. Dia sendiri dengan Owennya menembak hancur bola lampu yang menyala dipinggir jalan dan tepat berada  diatas kepalanya, hal ini terpaksa dilakukan karena mereka berdua ternyata menjadi sasaran tembak peluru Bren yang diarahkan dari rumah seorang Kapten BINKHUYSEN diatas gunung.

Kejadian ini berlalu dengan cepat, wanita didalam Pasenggerahan itu tersungkur terkena tembakan peluru senjata ALI , Sementara suara nyaring peluru berdesing disekitar mereka.
        Dan dari arah pasukan juga telah terjadi  tembak-tembakan, suara desingan peluru kian lama kian seru . Ketika SANDIAU menoleh kebelakang tampak olehnya bayangan HERMAN ROENTOERAMBI bersama dengan BANDJET dan DARHAM berlari-lari naik keatas gunung menuju rumah Kapten BOUWMA melalui tangga.  
       Sesaat itu kemudian tembakan dari pihak musuh tidak terdengar lagi. Peristiwa ini berlangsung hampir setengah jam, kemudian kian mereda dan akhirnya sepi senyap.

Dengan kejadian ini pasti akan datang  pasukan dari pihak  NICA Belanda ,yang  datang dari markas Tangsi-Lama yang berdekatan, kemudian disusul dari pasukan dari Tangsi-Baru.



Herman Roentoerambi

         SANDIAU dan ALI merayap mundur, sesampainya di tikungan jalan terdengar olehnya suara-suara kawan pejuang yang menyebut kan namanya  ALI LOHO,karena terkena peluru Belanda dan sudah tewas,, Para pejuang kemudian mengundurkan diri , meninggalkan kampung Teluk Lerong  dan kembali ke GUNUNG BATU-PUTIH.

        Penyerbuan ke Tangsi-Lama gagal, para gerilyawan tidak ada mengalami korban jiwa, tetapi tidak lama kemudian berdatanganlah pasukan NICA dari TANGSI-LAMA mereka mengadakan penyelidikan dibekas terjadinya peristiwa, di sinilah mereka menemukan selongsong peluru yang berhamburan, bertebaran disana-sini dan heran ketika mengetahui bahwa selongsong peluru itu berasal dari senjata-senjata Australia, America dan Jepang yang jenisnya bercampur. 
Menurut isu yang beredar mereka khawatir para extremist-extremist itu terdapat bantuan tentara asing, mereka juga menemukan Jas hujan bekas serdadu Jepang dan sebuah kopiah Haji.


Keterangan
1. Tangsi Lama (Sekarang Kantor Kodim di Jln Gajah Mada, Tepi Mahakam)
2. Tangsi Baru (Kantor Korem di Jln. Awanglong)


Untuk mengenang peristiwa di Teluk Lerong ,Maka atas arahan dan petunjuk dari Eks Mantan Pejuang maka didirikan sebuah Tugu Palagan (Monumen) yang di resmikan oleh Walikota Samarinda pada saat itu '  yaitu Bapak H.A  Waris Husein pada 10 November 1991









Gambar Tugu Palagan (Monumen) tidak terawat
Lokasi Di Seberang Jalan Teluk Lerong Garden- Teluk Lerong


WASALAM


Disusun : Edy yan
Komunitas Jelajah-History of Samarinda


Sumber Data : Mohammad Roem Tantawy

Panitia Pengali Sejarah perjungan Brigade XVI, Batalyon "G" dan "H"
ALRI  DIVISI IV "C"  KALIMANTAN TIMUR. DIVISI LAMBUNG MANGKURAT KALIMANTAN 






Komentar

Postingan populer dari blog ini

RIWAYAT PEMBANGUNAN TAMAN MAKAM PAHLAWAN SAMARINDA

Sebagai Monumen untuk mengenang para jasa para pahlawan dari perjuangan Fisik melawan kekuasaan penjajah . Dengan di proklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia oleh Soekarno dan Muhammad Hatta 17 agustus 1945, maka sepatut dan sewajarnya rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke serentak berjuang dan bangkit mempertahankan kemerdekaan itu, baik perjuangan melalui  politik, diplomasi maupun dengan berjuang dengan fisik dengan kekuatan senjata. TMP Ratna kencana di antara Jln . Yakob atau di Jalan Kesatriaan (Sekarang jln Mutiara) Samarinda tahun 1967 Dok : Djunaid Sanusi Usaha mempertahankan kemerdekaan ini terjadi pula di daerah Kalimantan Timur , disamping melalui perjuangan politik dengan berdirinya Ikatan Nasional Indonesia (INI) ,FONI di Balikpapan yang pada akhirnya INI menjadi PNI di Samarinda ,di seluruh wilayah Kaltim tumbuh gerakan dibawah Tanah (Ondergrondse actie). Dengan adanya beberapa kali terjadi kontak senjata dengan para penjajah ,tidak sedikit kor

WAHEL TANTAWY

Tokoh Pejuang di Kalimantan Timur yang terlupakan Wahel Tantawy lahir di Banjarmasin pada tahun 1915 dari rahim ibunya yang bernama BINTANG  TALIYU dan Ayahnya Bernama  MAT  SALEH Pada tahun 1928 Wahel Tantawy masih bersekolah di Holland Inlandsche School  (H.I.S) Banjarmasin, dengan semangat persatuan dan kesatuan bangsa pada dirinya yang dikuatkan dengan Lahirnya  "SUMPAH PEMUDA" pada tahun 1928. Sebelum tugas misi Militer Rahasia di Kalimantan Timur yang dilaksanakan oleh Wahel tahun 1947,  Pada tahun 1929 ' di Saat masih belia, berusia belasan tahun ,di masa penjajahan Belanda  Wahel Tantawy  sudah pernah berada di Samarinda dibawa oleh keluarganya. Dimasa mudanya tahun 1929-1940 Wahel  Tantawy aktif diberbagai Organisasi gerakan kepemudaan di Samarinda Seperti  : 1. KEPANDOEAN BANGSA INDONESIA (K.B.I)  2. PEMOEDA PANVINDERS ORGANISATIE (P.P.O Samarinda ) 3. PERSATUAN PEMOEDA INDONESIA (PERPI)  dll. Tahun 1932 Atas petunjuk kawan yang bernama HORAS SIREGAR yang

Ulama Samarinda Tempo doeloe ( KH. USMAN IBRAHIM )

Ulama kelahiran Kandangan ( Kalimantan selatan ) pada 12 April 1918 ini, sempat 10 tahun lamanya bermukim di tanah suci Mekah untuk menimba ilmu agama. Pada usia 10 tahun  Saat belajar di Madrasah As Syafi’iyah Kandangan, beliau sudah memperlihatkan bakatnya dalam membaca Al Quran. Atas dasar bakat itulah maka orang tuanya mengirim Usman Ibrahim ke Mekah untuk mempelajari lebih dalam tentang ilmu Al quran. Dalam usia yang tergolong sangat muda, ulama yang akrab dipanggil tuan guru ini, sudah menguasai ilmu Tajwid Al Quran. Bahkan beliau disegani  para ulama karena ketika itu orang yang hapal bacaan Al Quran terbilang sangat langka. Almarhum merupakan salah seorang ulama yang hafal dan fasih membaca Al Quran di Samarinda setelah almarhum KH. Abdur Rasyid. Pada tahun 1942, bersama orang tuanya Hijrah ke Samarinda, Di Samarinda  beliau menikah dengan Siti Aisyah yang kemudian dikaruniai 3 orang putra dan 5 orang putri. Sambutan masyarakat dari berbagai kalangan pun tern