GUNUNG STELENG di Sebut juga dengan Bukit Pertahanan,pengintaian ( Benteng ).
Memandang kota Samarinda dari bukit Steleng sudah digemari banyak orang sejak zaman dahulu. Padahal, Samarinda pada waktu itu hanya sebuah kota kecil tidaklah gemerlap seperti sekarang.
Berada di Kawasan jalan Lumba-Lumba dan Gurame kota Samarinda ' Bukit Selili yang membujur dari timur ke Barat merupakan saksi sejarah perkembangan kota Samarinda, Dari dulu sampai sekarang bukit itu menyaksikan rentetan demi rentetan berbagai kisah dan peristiwa yang terjadi di sekitar Samarinda.
Selili salah satu termasuk perkampungan tua di kota Samarinda,,, di zaman Belanda awal tahun 1900 an di sebut SALILI BUKIT GRAY., Gray adalah nama seseorang Pria Belanda yang berkebangsaan Inggris yang memiliki Galangan atau Dok Kapal didaerah ini, dan Gray menetap beberapa lama dan tinggal bersama isteri dan Anak-anaknya .
,,,Asal kata SELILI berasal dari bahasa Bugis "Masulili" artinya..,,airnya Ber' Ulak (berputar)...
...Sangat Alami..indah,,,Panorama sungai Mahakam ..rumah di tepi sungai..,ada pabrik Tahu,,.ada suara burung,,ada kawanan Kera,,ada ular ,...sedikit rumput ilalang,,,ada pohon bambu,,..,,ada pula bebatuan rapuh...,,warga yg sangat ramah, terdapat pula Goa Bungker zaman Pendudukan Jepang dan Belanda,,.ada pula kuburan tua dan menurut penuturan warga sekitar daerah ini agak Sedikit angker.
Gambar panorama kota Samarinda di malam hari
Bukit Selili yang berketinggian kurang lebih 100 hingga 130 meter, ujung kakinya menjorok membentuk teluk. Punggung bukit dan teluk tersebut bagaikan sebuah tembok yang abadi yang melindungi Samarinda dari pandangan mata orang-orang yang datang dari arah hilir.
Aliran dari air Mahakam di teluk Selili tak pernah hentinya berputar. Arus mempermainkan berbagai jenis sampah serta tumbuhan ilung ,potongan kayu pohon rumput yg hanyut yang datang dari hulu' Kemudian melemparkannya ke balik teluk, ,,ada yg tengelam fi tarik putaran air kemudian muncul di permukaan lalu hanyut ke arah hilir menuju Muara Jawa (Muara Sungai Mahakam), dan seterusnya berpencar dipukul ombak Selat Makasar.
Sebahagian Penduduk Kampung Selili yang ada di sekitar bantaran teluk sering mendayung perahu kecil kegiatan mereka dilakukan untuk memunguti kayu-kayu hanyut yang datang dari arah hulu pedalaman sungai Mahakam . Pekerjaan semacam itu dilakukan secara tumurun-temurun, dan sekaligus merupakan panorama kehidupan yang belum berubah, di Masa sekarang ini mengumpulkan kayu hanyut tersebut dilakukan dan digunakan untuk aktifitas memasak di pabrik TAHU.
Sumber Cerita : Warga kampung Selili dan data di Hos.
Penulis : Edy Yan
Komentar
Posting Komentar